X CLOSE
Cinta Itu Buta Part II

Cinta Itu Buta Part II


“Vinn, Allviinnn… “ Lagi-lagi Ocha berteriak dan mencubit lenganku.

“Aduh sakit Cha!! Bisa gak sih kamu sekali aja gak pakai neriakin aku sambil nyubit dan gigit?”

“Yeii, abisnya diajak ngobrol kamu malah ngelamun. Mikirin apaan sih? pasti mikirin dia lagi ya?”

“Gak kok Cha, aku cuman lagi mikir aja. Mungkin sekarang memang sudah saatnya buat aku bangkit dan menata kembali hidupku. Sudah terlalu lama aku terlarut dalam kesedihan.”

“Nah gitu dong, itu baru namanya good boy.”

Cuup!!

Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di pipiku. Tubuhku seakan menjadi kaku dan mematung untuk sesaat.Beneran nih gak mimpi??!! Ocha nyium aku?? Sambil sedikit menoleh kulirik Ocha tersipu malu dan wajahnya memerah setelah menciumku.

Setibanya disalon mobil langgananku, aku langsung memarkirkan mobil ke tempat parkir yang sudah di sediakan dan sesaat setelah turun dari mobil, kunci mobilku langsung kuberikan kepada pegawai langganan yang biasanya menghandle mobilku kalau aku ketempat ini.

“Mau di apain Bos mobilnya?” tanya pegawai langgananku.

“Mau dijual.” jawabku sekenanya.

“Hahaha… Si Bos bisa aja!! Ambil paket seperti biasa kan Bosku?”

“Huum.” jawabku sekenanya.

“Siap Bosku ane kerjain dulu Bosku, pokoknya terima beres Bosku.”

“Oke.”

Aku langsung mengajak Ocha untuk menunggu di Cafe sebelah salon mobil untuk ngopi dan memesan makanan. Karena tadi waktu berangkat menjemput Ocha, aku belum sempat sarapan dan sekarang sudah siang, perutku pun sudah mulai keroncongan.

“Permisi Mas, Mbak, mau pesan apa?” tanya waiters yang menghampiri meja kami dan menyodorkan menu makanan dan minuman sambil bersiap untuk mencatat pesanan kami.

“Mbak Coffee latte, Es tes manis, Caramel Macciato , Chicken Samosa sama Nasi goreng.” ucap Ocha memesan makanan dan minuman.

“Saya ulangin ya Mbak pesanannya Coffee latte, Es tes manis, Caramel Macciato , Chicken Samosa dan Nasi goreng.”

“Iya Mbak makasih.”

“Baik Mbak, di tunggu pesanannya. Terima kasih.”

Sambil menyalakan rokok dan bermain dengan handphone-ku, masih terpikir olehku kejadian yang terjadi di mobil tadi. Dimana secara tiba-tiba Ocha mencium pipiku. Hal tersebut membuat kubingung sekaligus senang dan agak sedikit ge’er.

“Hapal banget Cha, sama pesananku?”

“Ya hapal la Vin, hal apaan cobak yang gak aku tau di diri kamu!?”

Tiba–tiba aku tersadar bahwa Ocha satu-satu nya wanita yang sangat tahu mendetail tentang diriku. Apa kesukaanku, apa yang tidak aku sukai dan tentang kebiasaanku. Bahkan sampai hal terkecil yang kadang aku sendiri tidak menyadarinya.

Tetapi Ocha mengetahuinya dengan sangat mendetail. Bahkan mantan pacarku Cintia dulu sering menanyakan ke Ocha, apa saja kesukaanku dan apa yang tidak aku sukai.

“Ada Cha, satu hal yang tidak kamu ketahui dan kamu tidak pernah tahu!!”

“Hmmm apaan cobak? Alvin, dari ujung kakimu sampai ujung rambutmu tuh aku tau semua.”

“Yakin?”

“Iya apaan cobak, yang aku gak tau?” tanyanya penasaran.

“Emang kamu tau apa yang ada di dalam celanaku?”

“Alllviiinnn…” Ocha berteriak sambil mencubit perutku.

“Sakit Cha, ya ampun sakit banget Cha!! Tuh liat sampai merah Cha perutku kamu cubit.”

Sambil meringis kesakitan aku memegangi perutku yang sakit karena terkena cubitan dari Ocha.

“Uuuhhh tatian tateet ya perutnya di cubit, sini-sini aku elus-elus peyutnya biar gak sakit” ucapnya dengan nada bicara yang dibuat sok imut, Ocha menggodaku.

“Auk, ah gelap.”

“Abis kamu sih mesti pikirannya jorok.”

“Jorok apaan cobak, kan aku bilang apa yang ada di dalem celanaku.” sahutku memberitahu sambil merogoh saku celana, aku mengeluarkan uang koin, dompet dan handphone.

“Ini loh yang aku maksud apa yang ada di dalem celanaku!! Sakit banget Cha cubitanmu.”

Saat aku berniat berdiri dan berpindah tempat duduk biar aku tidak di cubit lagi, tiba-tiba tangannya memegang lenganku dan menahanku untuk tidak berdiri dan berpindah tempat duduk.

“Mau kemana sih? Iya-iya maaf sini perutnya mana liat bekas cubitannya.”

Ocha mengelus perutku yang terkena cubitan olehnya. Dengan lembut Ocha mengelus tepat di bekas dia mencubit. Saking halusnya elusan tangannya membuat bulu kudukku berdiri, bukan-nya geli yang aku rasakan tapi seperti tersengat aliran listrik yang dengan sekejap membuat apa yang di dalam celanaku memberontak dan mengacung dengan gagah dibalik celana.

“Eh Vin…. Alviiiinnnnn…” Teriak Ocha yang sadar bahwa ada gundukan di celanaku.

“Permisi, pesanannya.”

Waiters datang dan meletakkan pesanan kami di atas meja. Tak kusia-siakan kesempatan tersebut, daripada tengsin dan di siksa lagi, mending aku buru-buru kabur ke kemar mandi.

“Cha aku ke toilet sebentar.”

Dengan langkah seribu aku menuju toilet.

Di dalam toilet aku hanya membenarkan isi di dalam celanaku agar posisinya nyaman dan tidak tertekuk. Sembari berkaca dan mencuci tangan di wastafel aku berpikir kok bisa-bisanya ya, di elus doang perutku sama Ocha sudah bisa buat juniorku berdiri tegak menantang!! Tengsin deh.

Aduh malu kan ini jadinya. Harus ngomong apa cobak entar pas balik kemeja kalau di tanyain Ocha itu junior kok bisa berdiri? Aduh pasti Ocha berpikir kalau aku mesum. Apa karena sudah terlalu lama kalik ya aku tidak di sentuh wanita!! Hasss… Tauk, ah gelap di pikir entar aja deh. Que sera, sera whatever will be, will be (apapun yang kan terjadi, terjadilah).



  Waktu aku berjalan akan kembali ke meja di mana aku dan Ocha duduk, tanpa kusadari tubuh ku seperti mematung tak bisa bergerak karena takjub dan terkesima melihat pemandangan sesosok bidadari yang duduk di meja ku. Oh God baru nyadar aku selama ini ternyata Ocha cantik banget, di balik sifat tomboy nya dan cara biacaranya yang ceplas ceplos ternyata Ocha menyimpan kecantikan dan keanggunan yang sungguh luar biasa. Ku lirik sekelilingku, ternyata banyak mata yang juga memperhatikan nya sedang duduk di meja kami.

“Alviinn heyy ngapain sih malah diem aja di situ kayak patung? mana sambil mangap lagi mulut nya.”

“Allviin sini duduk, ini nasi goreng nya keburu dingin loh entar.”

“Eh iya Cha..” Aku berjalan menghampirinya dan duduk di depan nya. Seakan masih takjub akan apa yang aku sadari, tubuh ku masih mematung memandang nya.

“Alviiinn heyyy nih anak kok ngelamun aja sih… Tuh mulut mingkem napa!! ngiler loh entar hihihi…”

“Eh… Emmmm iya iya Cha kenapa tadi Cha?” Dengan kaget aku tersadar dari lamunan ku.

“Kamu kenapa sih? ini loh nasik goreng nya di makan, tadi katanya laper!! entar kalau sudah dingin gak enak loh.”

“ I.. Ii… Iya Cha ka… Kamu cantik banget” Tanpa ku sadari mulut ku berucap dengan polos nya.

“Ohh jadi selama ini aku gak cantik?”

“Can cantik kok Cha hehehehehe…” Aduh kenapa aku ini kok jadi kayak gini??!! sambil ku ketuk ketuk sendiri kepala ku, tuk tuk tuk halo kepala ada otak nya gak? apa emang logika ku lagi tidak berjalan karena aku lapar??!! tidak seperti biasanya. Baru kali ini aku seperti membeku menatap nya.

Tiba-tiba Ocha memegang tangan ku. Sentuhan tangan nya yang lembut membuat jantung ku berdetak lebih kencang, di tambah aliran darah ku yang mengalir lebih cepat. Oh God apa yang harus aku lakuin sekarang?

“Alvin kok duduk disitu sih, sini duduk di sebelah ku.”

“I.. Iya Cha.” Aku langsung bergegas berdiri dan berpindah duduk di sebelah Ocha.

“Ini nasik goreng nya jadi dingin loh…”

“Huum..” Aku mencoba menjawab se cool mungkin agar tidak terlihat salah tingkah di depan Ocha.

“Eh kok di makan nasik goreng ku?”

“Abis dari tadi gak di makan-makan sih, enak juga ternyata ini nasik goreng. Aku suapin ya vin, makan berdua sama aku?”

“I… Iya Cha…” Damn bisa tengsin ini aku lama-lama kalau seperti ini, baru kali ini aku se grogi ini duduk di sebelah Ocha.

“Nih aaakkk… Hihhh… Dasar manja sudah gede juga masih aja di suapin.”

“Lah… Lah… Tadi yang bilang mau nyuapin dan makan berdua siapa cobak?”

“Hihiihi… Iya iya nih ayo makan.”

Setelah selesai makan seperti biasa aku menyalakan rokok, ada pribahasa yang mengatakan selesai makan tanpa merokok itu bagaikan wanita tanpa pensil alis. Hehehe lebay mode on.

“Alvin!!”

“Ya Cha kenapa?”

“Boleh aku tanyak sesuatu sama kamu?”

“Lah kan kalau tanyak ya tinggal tanyak aja Cha. Mau tanyak apaan sih emang? serius amat.”

“Emang kamu masih belum bisa ya ngelupain Cintia?”

“Bisa Cha, kenapa emang? cuman belum nemu aja yang pas. Mungkin aku masih terlalu takut untuk membuka hati, takut hatiku terluka lagi Cha. Kenapa emang nya?”

“Kamu suka tipe cewek yang gimana sih?”

“Yang kayak kamu Cha. Perhatian, baik, cantik, smart dan bersikap apa adanya,sama satu hal lagi yang paling penting!!!”

“Apaan emang yang paling penting?”

“Dia harus sabar seperti kamu yang bisa ngertiin aku, meskipun kadang kamu bawel dan suka nyiksa aku. Tetapi justru hal itu lah yang aku suka. Karena, aku suka wanita yang bersikap apa adanya tanpa harus jaim di depan pasangan nya.”

“Kalau aku yang jadi wanitamu…!! kamu mau nerima aku??”

Deg! Detak jantungku seolah berhenti seperkian detik, mendengar wanita cantik yang duduk di sebelah ku menyatakan perasaan nya. Dan di waktu yang bersamaan handpone ku berdering, dengan cepat aku mengambil nya di saku celana dan menjawab telpon tersebut.

“Halooo…”

“Haloo bos ku mobil nya sudah beres bos ku.”

“Oh oke aku kesana sekarang,tq tq.”

“Sama-sama bos ku.”

Setelah kututup telpon dan kumasukan kembali kedalam saku, dengan cepat aku memanggil waiters untuk meminta bill.

“Permisi… Bill nya, mau pakai cash atau kartu?”

“Debit aja ya mbak.” Sambil aku menyerahkan kartu Atm ku ke waiters tersebut.

“Baik, ditunggu ya mas.”

“Eh ya Cha tadi kenapa? tadi kamu nanyak apaan sih emang?” Alviin kamu ****** banget sih, sudah jelas-jelas cewek cantik di sebelah mu nyatain perasaan nya. Kok bisa-bisa nya tanyak tadi kenapa?! aduh baru sadar aku dodol juga ternyata.

“Permisi… Nota pembayaran sama kartunya.”

“Oh iya mbak, terimakasih.”

“Cha kok diem?”

“Enggak kok vin lupain aja. Mobil nya udah selesai ya? ayo ambil mobil terus ke salon potong rambut, biar rambut mu rapi.” Dengan mimik wajah yang terlihat sedikit bete dan dipaksa untuk tersenyum, Ocha berdiri dan mengambil tas nya.

Kan… Kan… Haduhhh geblek, hilang sudah kesempatan emas di depan mata. Aduh bodoh banget sih aku pakai acara sok jaim lagi, pura-pura gak denger dan tanya tadi kenapa dasar dodoolll. Ku ketuk-ketuk lagi kepala ku, tuukk tukkk kepala kamu kok bener-bener gak ada isinya sih.

Selama perjalanan menuju ke tempat Babershop langgananku. Kami berdua hanya diam tak bersuara, di tambah dengan aku yang masih shock mengetahui bahwa selama ini ternyata Ocha mempunyai perasaan terhadapku.


Copyright © Majalah Dewasa Indonesia | Distributed by Blogger Templates | Designed by OddThemes